Sering kita terjatuh pada lunjuran mereka yang cemburu,
Sering kita tersembam ke bumi yang baru ditinggalkan sekejap tadi.
Sering berdarah.
Di masa kita kehilangan segalanya;
Bak kata orang,
Yang dikendong berciciran,
Yang dikejar tak kesampaian,
Yang diimpi berterbangan..
Umpama sakti,
Kepedihan luka menjadi pelepah-pelepah azam,
Yang bercantum menjadi sayap..
Kejatuhan menjadi kebangkitan,
Revolusi diri.
Sering juga kita tersadung dipukul ribut perasaan,
Tatkala matahari mulai menjarak seinci,
Dan seinci dari kita.
Keanehannya hidup adalah apabila,
Ada ruang di setiap keranapan usaha;
Reja tidak tersisa, malah,
Menjadi pemacu iktikad..
Lihat dalam dirimu,
Ada sesuatu yang ingin keluar,
Dan..
Dan menyelongkar potensi diri,
Mencungkil jayanya kemungkinan.
Lihat dirimu yang masih berdarah,
Ada ruh yang masih mendambakan
Kasih dan Kekasih abadi:
Tuhan.
Bertingkah, bersuluh engkau
Meraih kekuatan yang semakin pudar..
Menghilang dari semangat yang telah kaubina,
Dengan air mata dan darah,
Kaulawan kebodohan, dengan hikmah,
Dengan tuntutan..
Berkayuh pula merentasi arus usia,
Iman jadi dayung,
Akhlak jadi sampan.
Mendaki bukit-bukit keperihan,
Penat lelah jadi dapatan~
Segala tenaga tidak tinggal, semua tersisa
Habis digunakan. Dan di sebalik banjaran itu,
Ada cahaya yang benderang.
Itulah harapan :)
Kaurasa kuat,kan?
Melihat punca cahaya itu semakin mendekat dengan langkahmu
Mendengar laungan yang sungguh melegakan,
Menghirup udara perubahan,
Ahh.. rupanya pengorbanan ini tidak sia-sia.
Teruskan berjalan,
Andai engkau seperti ingin rebah,
Gunakan tongkat taqwa untuk kekalkan posisi.
Andai kau kelaparan dan kehausan,
Telanlah butiran doa dan zikr.
Teruskan berjalan..
-
-
-
-
Beberapa ketika kemudian, kausampai.
Ke puncak,
Yang ibu bapamu ceritakan dulu,
Yang pernah mereka jejaki.
Di sana, kausaksikanlah
Punca sinar itu yang hampir tenggelam.
Kaucuba gapainya. Dapat dan kautekup dengan tanganmu yang berlumpur.
Buka, perlahan-lahan..
Rupanya cahaya itu:
Dirimu.
No comments:
Post a Comment